Minggu, 15 November 2015

✿ Kuliner di Blitar : Ikan Bakar Bu Mamik, Blitar.


Ayam Bakar Bu Mamik merupakan salah satu restoran keluarga yang pantas dikunjungi saat melewati kota Blitar. Restoran ini juga membuka cabangnya di kota Tulungagung dan Malang.

Selain melayani pemesanan makan di tempat, restoran ini juga menerima pesanan dalam box, nasi tumpeng, acara pesta ulang tahun, rapat, resepsi pernikahan, dll. 

Menu yang banyak dipesan oleh pengunjung di restoran ini adalah Gurame Bakar Madu, Sup Buntut dan sudah tentu Ayam Bakar sebagai menu andalannya. Ayam bakar disini diolah dengan bumbu Bali dan terbuat dari ayam kampung, selain itu sebelum dibakar dipresto dahulu sehingga tetap empuk. Restoran ini sangat menjaga kualitas masakannya, sehingga untuk bahan bakunya juga dipilih yang memiliki kualitas terbaik. Misalnya, untuk ikan dipilih ikan yang segar dan tidak berbau tanah dan ayam yang dipotong adalah ayam kampung yang sehat. 


Ayam Bakar Bu Mamik juga memiliki fasilitas yang lengkap untuk memanjakan para pengunjungnya, antara lain : sarana parkir yang luas, mushola, kamar mandi yang bersih , serta aula yang lapang dan sejuk. Selain itu penataan tempat makan dengan perabotan dan barang barang antik yang berasal dari barang tempo dulu.

Menu Andalan : Ayam Bakar, Gurami Bakar Madu, Sop Buntut.
Jam Buka : 12.00 – 21.00
Alamat Lokasi : Jl. Veteran 103, Blitar Telp. (0342) 806634.

Sumber foto : berbagai sumber

Ya Allah... semoga yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya… Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan... Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya… Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah… Yang laki2 entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid… Bahagiakanlah keluarganya… Luaskan rezekinya seluas lautan… Mudahkan segala urusannya… Kabulkan cita-citanya… Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji… Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar. Aamiin ya Rabbal'alamin.

“Bila kau tak tahan lelahnya belajar maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)



 
;